Ketika Celengan Ayam Bintang Bertelur Banyak

September 07, 2017



Beberapa pekan terakhir, si sulung, Bintang, punya kesenangan baru. Hampir setiap pagi ia menenteng-nenteng celengan ayam berkeliling rumah.

Celengan itu ada dua. Warnanya merah dan kuning. Satu jantan dan satu betina. Biasanya kalau sudah menenteng ayam, Bintang akan konvoi. Tujuannya satu; mencari uang receh yang tercecer atau terselip. Saatnya memberi makan ayam-ayam plastik. :-)

Dua hari lalu, saat saya sedang memasak di dapur, seperti biasa ia kembali menenteng-nenteng celengan. Ayam-ayam itu berderak-derak setiap kali dibawa. Benturan koin di dalam celengan membuat suaranya semakin lantang. Krak…krak…krak!

Bintang memberi makan ayam
Namun, belum berapa lama, suara derakan itu berhenti. Saya yang masih memasak jadi penasaran. Diam-diam saya mengintip keberadaan Bintang. Rupanya dia sedang sibuk menyusun bola-bola plastik di sekeliling celengan ayam itu.

"Telur..., tee..lur..," ujar Bintang menunjuk-nunjuk celengannya. Ia begitu antusias.

Olala... Ternyata Bintang, sedang berkhayal punya ayam yang bertelur banyak. Khayalan itu tentu saja membuat saya tersenyum geli.

Dari sudut pandang lain, saya melihat celengan bertelur tak hanya sekadar imajinasi anak-anak. Itu seperti sebuah peringatan agar saya terus konsisten merencanakan masa depan mereka dengan lebih rapi lagi. Supaya ayam-ayam itu terus bertelur sebanyak-banyaknya. :-)


Perencanaan Sejak Dini

Menabung dengan celengan ayam, kami biasakan untuk mengajarkan anak-anak menghargai uang. Saya juga berharap Bintang mulai terbiasa mengelola dan membuat perencanaan keuangan sendiri. Bila celengan penuh, si kecil bisa diberi kebebasan membeli berbagai keinginan seperti sepeda, mobil-mobilan, atau mainan lain.

Dulu ketika saya masih kanak-kanak, Abak dan Amak juga mendidik untuk membeli sesuatu dengan uang sendiri. Waktu ngebet punya sepatu kets baru, saya disuruh menabung dulu. Sepeda juga dibeli lewat hasil memecahkan celengan. Tentu saja setelah mendapat tambahan subsidi.

Nah, sekarang giliran saya menerapkan itu pada anak-anak. Saatnya mengajak Bintang dan Zizi mengatur keuangan sendiri. Untuk saat ini Zizi belum diajak lantaran baru berumur lima bulan. Hihi... Lalu, apakah kebutuhan masa depan mereka cukup dengan mengandalkan celengan saja?


Tentu saja perencanaan keuangan untuk anak tak sebatas untuk membeli mainan. Yang lebih penting menyiapkan bekal untuk buah hati meraih masa depan cerah . Apalagi, seiring bertambahnya waktu biaya hidup semakin tak terduga. Minimal kebutuhan yang dasar seperti pendidikan dan kesehatan. Kalau bisa lebih, kenapa enggak.

Awal semester lalu, sekitar bulan Mei, saya pernah hunting ke beberapa playgroup untuk alternatif tempat belajar Bintang. Mumpung lagi keliling, kami menyempatkan mampir ke beberapa Taman Kanak-kanak. Di setiap tempat pertanyaan utama kami tentu saja soal biaya.

Hasil perjalanan itu membuat dada saya setengah sesak. Untuk TK saja biayanya sudah jutaan. Tak terbayang berapa angka yang harus dikeluarkan untuk pendidikan yang lebih tinggi hingga bangku kuliah. Itu baru harga biaya sekarang. Bagaimana dengan 2, 5, 10 tahun lagi yang harus melawan inflasi?

Saya dan suami lalu mencoba mengoret-oret estimasi biaya pendidikan Bintang hingga kuliah. Estimasi itu kami buat dengan perkiraaan kenaikan biaya 20 persen setiap tahun. Biaya untuk SD, SMP, dan SMA juga hanya rata-rata uang pangkal saja.  
Amboi! Angkanya jadi sungguh fantastis.
Untuk satu Bintang saja biayanya sudah jadi begitu besar. Lebih dari setengah Milyar! Apalagi ditambah dengan Zizi.

Uang sebanyak itu juga baru untuk budget pendidikan. Bagaimana bila ditambah perencanaan lain seperti biaya kesehatan, biaya darurat, dan persiapan pernikahan anak.

Bila tak direncanakan sedari dini, dijamin bakal kelabakan deh nantinya. Karena itu, sebelum pengeluaran bertambah besar, kami mulai membiasakan menyisihkan uang bulanan untuk tujuan pendidikan dan kesehatan anak-anak.
Final goals-nya tentu saja untuk meraih kesejahteraan.


Salah satu cara memastikan biaya pendidikan aman bisa melalui asuransi. Yang membuat asuransi berbeda dibanding menabung konvesional tentu saja proteksi untuk masa depan. Asuransi memberi perlindungan dan garansi uang bisa digunakan sesuai peruntukan. Bahkan ketika terjadi musibah seperti meninggal dunia tak dapat dielakkan. Asuransi sekaligus bisa menjadi wadah untuk berinvestasi.

Untuk urusan proteksi ini, berbagai produk asuransi dari PT Sun Life Financial Indonesia bisa jadi pilihan. Sebagai salah satu pemain utama dalam industri asuransi, Sun Life Financial menyediakan beberapa produk yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya saya butuhnya asuransi pendidikan.

Untuk kebutuhan pendidikan ada beberapa produk yang ditawarkan. Antara lain Sun Fortunelink, Brilliance Sejahtera, dan Sun Golden Life. Tentu saja masih banyak produk lain yang bisa langsung dilihat pada situs resmi Sun Life. Selain itu juga ada produk lain seperti asuransi haji dan hari tua.


Salah satu produk Sun Life yang menarik bagi saya adalah Sun Fortunelink. Alasannya sederhana. Premi bulanannya lebih terjangkau dengan proteksi yang maksimal. Masa tanggungannya juga panjang, hingga usia 88 tahun. Bila sewaktu-waktu ada kejadian darurat kita bebas melakukan penarikan dana investasi kapan saja.

Pada akhirnya, bagi saya, hal terpenting dari semua perencanaan keuangan adalah investasi yang memberi manfaat maksimal untuk kebutuhan anak-anak kelak. Seperti keinginan Bintang; masa ketika celengan ayamnya bertelur banyaaaakkk sekali :-) 

Tag : SUN LIFE, PERENCANAAN KEUANGAN, MASA DEPAN CERAH, KESEJAHTERAAN

***

BACA JUGA

10 Kiat Agar Terus Menulis dan Berkarya

7 Ciri Artikel Blog yang Disukai Advertiser

 
Tulisan ini meraih juara I Kompetisi Blog Sun Anugerah Caraka 2015

You Might Also Like

13 comments

  1. benar bund, harus direncanakan dr skarang.

    Dulu aku juga punya celengan manggis. anakku skarang jg udah punya...

    BalasHapus
  2. Semangat. Memang mahal dan butuh ekstra.

    BalasHapus
  3. Iya, mng mahal banget biaya sklah skarang. Msih bngung asrnsi pa tabungan aja. Nice info mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awalnya sempat bimbang juga. Yg penting goals akhirnya.

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  4. kuncinya perencanaan matang. si kakak celengannya apa umi?

    BalasHapus
  5. Wah, keren, Mbak. Tulisan yang menginspirasi, perencanaan yang detail. Terima kasih, saya jadi terinspirasi.

    BalasHapus