Untuk Bu De Imah dan Mereka yang Pantang Menyerah

Juli 13, 2017



Seringkali kita terlambat sadar bahwa hanya butuh langkah kecil untuk menjadi lebih bermanfaat bagi sekitar. Menjadi #LebihBerarti

****

Hampir setiap pagi, bila sedang tidak belanja di pasar, saya akan terdampar di gerobak penjual sayur. Gerobak itu saban hari mangkal di gerbang samping,  komplek rumah kami. Biasanya ketika saya datang sudah banyak ibu-ibu berbelanja.

 "Belanja di sini enak, harganya murah dan Ibu penjualnya ramah," ujar salah seorang Ibu suatu pagi pada saya.
Nama penjual sayur itu Imah. Saya biasa memanggilnya Bu De Imah. Dari perawakannya, perempuan itu sebaya dengan Ibu saya. Seperti yang dirasakan pelanggan lain, saya juga nyaman belanja dengan Bu De Imah. Dia juga pintar membujuk pelanggan untuk membeli dagangannya.

Misalnya ketika suatu pagi Bu De Imah membawa buah rambutan. Saya yang semula tak berniat membeli akhirnya menenteng dua renjeng rambutan pulang. Begitu juga ketika dia menjual buah nangka.

Strategi Bu De ternyata disukai keluarga saya. Suami dan si sulung Bintang senang karena selalu ada makanan atau buah "kejutan" di meja makan. Ketika saya kehabisan ide mau masak apa, Bu De Imah biasanya turut memberi saran harus beli sayur ini dan itu. Ia sering menjadi penyelamat dapur keluarga kami.

Bu De Imah, idola ibu-ibu komplek

Hal lain yang membuat saya suka berbelanja di gerobak sayur Bu De Imah adalah semangatnya. Meski tak setiap hari bertemu, saya bisa merasakan energi positif dari perempuan paruh baya ini.

Di mata saya Bu De Imah adalah seorang pedagang yang ulet. Keuntungan berdagang sayur yang tak terlalu besar karena harus diputar untuk modal jualan setiap hari, bisa ia kelola dengan baik. Sejak mulai berjualan 26 tahun lalu ia bisa menyisihkan uang untuk menyekolahkan dua putranya. Kini kedua putra beliau telah bekerja. Sekarang Bu De menyimpan satu harapan.

    "Suatu hari saya ingin punya warung biar tak capek mendorong gerobak.  Tapi belum cukup modal," ujar Bu De Imah.

Sejak dulu, soal modal usaha ini memang selalu menjadi masalah klasik yang dihadapi mayoritas kelompok pengusaha mikro, kecil, menengah dan komunitas prasejahtera produktif. Mereka punya usaha, punya semangat,  punya kemauan untuk berkembang tapi tak punya cukup daya dalam hal modal.

'penyelamat' perut di pagi hari
Mas Egi,  penjual ketupat sayur yang sering lewat di depan rumah dan jadi langganan kami juga mengalami nasib sama. Ia yang setiap hari berkeliling memikul dagangan sangat ingin punya warung sendiri. Bila niat itu terkabul ia ingin membuat gorengan dan aneka jajanan yang lebih variatif. Namun lagi-lagi Mas Egi terbentur modal.  


"Kalau nyari modal susah. Mau nyari pinjamam terbentur jaminan."

Tak hanya Bu De Imah dan Mas Egi. Setiap hari kehidupan kita memang tak pernah lepas dari peran para pelaku usaha kecil, mikro, dan prasejahtera produktif ini. Pedagang bakso, toko kelontong, tukang jahit, salon dan tukang pangkas, mba jamu, pedagang martabak, pembuat keripik, dan pedagang buah adalah beberapa contoh kegiatan ekonomi mikro yang hidup di sekitar kita.

Mereka adalah para mass market, yang tak hanya membantu saya dan keluarga memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi juga turut membantu pertumbuhan perekonomian nasional. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah sektor Mass Market dan pelaku ekonomi mikro dan kecil melibatkan lebih dari 50 juta penduduk Indonesia. Dan 65 persen di antaranya bergerak di sektor perdagangan.

Mass Market, mereka yang berperan di sekitar kita

Di lapangan mass market memang sering kesulitan dalam hal pendanaan. Seperti yang dikeluhkan Mas Egi, mayoritas pihak ketiga membutuhkan jaminan dari mereka untuk mendapat bantuan pendanaan. Dan saat ini baru ada beberapa lembaga pembiayaan yang bersedia menjadi mitra usaha, salah satunya adalah Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN).

Selain memberi pinjaman modal, BTPN melalui unit bisnis BTPN Sinaya juga mengintegrasikan model bisnis dengan misi sosial melalui program pemberdayaan yang terukur dan berkelanjutan. Pada unit bisnis BTPN Sinaya, para pelaku usaha kecil mikro dan komunitas prasejahtera produktif juga diberi kesempatan untuk mendapat penguatan dan pendampingan agar bisa  tumbuh dan memiliki hidup yang lebih berarti.

Menabung untuk Memberdayakan

Semangat untuk memberdayakan pelaku usaha kecil mikro dan komunitas prasejahtera produktif membuat saya tertarik mencari tahu lebih jauh mengenai program pemberdayaan BTPN Sinaya ini. Dan ternyata semakin saya menjelajah situs resmi BTPN, semakin saya tersadar bahwa di balik program pemberdayaan itu ada peran besar para penabung dan deposan.

Yup benar. Itu artinya saya dan siapa saja yang menabung di BTPN bisa ambil bagian dalam program pemberdayaan. Oleh BTPN, setiap rupiah yang kita simpan digunakan untuk melanjutkan program pembedayaan dan membina para pengusaha kecil mikro dan komunitas prasejahtera produktif yang menjadi mitra binaan.

Uang yang ditabungkan di BTPN sekaligus juga bisa menjadi bekal di masa depan. Bunga kompetitif yang diberikan membuat tabungan yang tersimpan aman dari inflasi. Nilainya pun tak jauh berbeda dengan berinvestasi lewat deposito. Jadi kita bisa mendapat manfaat ganda, menabung dan memberdayakan. :-)

Agar lebih yakin, BTPN memfasilitasi calon penabung untuk melakukan simulasi. Tentu saja kesempatan ini tak saya lewatkan. Mengetahui sendiri bagaimana tabungan kita tumbuh dan bermanfaat untuk masyarakat sekitar tentu lebih menyenangkan bukan? Cara simulasinya pun mudah.


Langkah simulasi pada situs tabunganuntukmemberdayakan.com 

Nah, pada simulasi awal saya coba masukkan nominal tabungan per bulan Rp500.000,- untuk lima tahun. Dan setelah diinput berikut hasilnya.



Hasilnya lumayan sekali. Uang sebanyak itu dalam lima tahun bisa memberdayakan paling tidak lima orang mass market. Sungguh suatu kebahagiaan tak terkira bagi saya mengetahui hal itu. Langsung terlintas di pikiran seandainya uang itu hanya duduk manis di brankas bank pasti akan sangat sayang. Padahal di saat yang sama ada jutaan mass market yang bisa menerima manfaatnya. 

Ibu Samsul Anam, pembuat kecap rumahan dari Blitar Jawa Timur merupakan salah satu contoh nasabah yang telah merasakan manfaat program pemberdayaan BTPN. Pada awalnya ia hanya mampu memproduksi 7 botol kecap per hari. Namun, berkat program Daya dan keuletannya, Ibu Samsul kini mampu meningkatkan produksi kecap menjadi tiga kali lipat. Selain Bu Samsul juga ada Bapak Basundra Murba Anggana, pengrajin mainan kayu dari Bantul Yogyakarta. Sejak bermitra dengan BTPN Pak Basundra kini bisa meraup omzet Rp30 juta sebulan. 

Hasil simulasi yang saya dapatkan baru untuk satu deposan. Bayangkan saja bila semakin banyak yang menabung tentu akan semakin berlipat jumlah mass market yang bisa diberdayakan. Saya berharap suatu saat Bu De Imah dan Mas Egi juga merasakan manfaat serupa. Akhirnya menabung menjadi wujud kongkret rasa terima kasih kita pada mass market.

Yang tak kalah menyenangkan ketika saya belajar lebih jauh tentang manfaat menabung di BTPN Sinaya adalah adanya program Sahabat Daya. Program ini memungkinkan saya dan penabung lain untuk terlibat langsung dalam kegiatan pemberdayaan. Kita bisa turut berbagi ilmu dan memotivasi langsung para pelaku usaha kecil, mikro, dan komunitas prasejahtera produktif yang ingin diberdayakan.

Sejak diluncurkan sudah banyak yang ambil bagian menjadi Sahabat Daya dan merasakan kepuasan lahir batin. Suatu pengalaman yang tak bisa tergantikan ketika kita bisa menabung, memberdayakan, dan sekaligus menginspirasi dan berbagi. Semudah menabung semudah itu pula untuk menjadi #LebihBerarti. 

"Saya yakin, sukses menjadi lebih berarti ketika dirasakan bersama dengan para pekerja dan orang lain. Ketika kita dapat memberikan nilai tambah pada kehidupan orang lain, rasanya sangat luar biasa."
Stella Trisnasari, Pengusaha Teh - Nasabah BTPN Sinaya (sumber : btpn.com)


#LebihBerarti 

 


You Might Also Like

20 comments

  1. semoga beruntung buat kompetisinya!

    saya iri loh di rumah bunda masih ada pedagang keliling. di komplek rumah saya, pedagang sayurnya udah pada pakai motor, jatuhnya jauh lebih mahal dari harga di pasar :(

    http://petitecovered.blogspot.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin...

      Wah sayang sekali ya mba. Memang biasnaya klo yg pake motor apalagi mobil lebih mahal mungkin karena harus ganti isi bensin ya.. tapi yg penting dapur tetap berasap.. :-)

      Hapus
  2. Semoga para mas market bisa lebih maju, ya? ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju... apalagi jumlahnya banyak bgt... bisa mendongkrak ekonomi nasional..

      Hapus
  3. Potret pengusaha kecil yang ada dimana-mana.
    Semoga masalah modal bisa teratasi dg program dari BTPN

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba. Semoga semakin banyak lembaga keuangan yang peduli dan memahami..

      Hapus
  4. Jadi uang yang kita tabung itu di pakai untuk memajukan para mass market gitu ya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup mba.. diputar dulu uangnya.. jadi lebih berguna... :-)

      Hapus
  5. Dengan menabung kita bisa membantu mereka juga ya mbak..

    BalasHapus
  6. Salut dengan program dari BTPN Sinaya ini. Mudah2an ke depan makin banyak yang bisa diberdayakan. Semoga menang lomba tulisannya ya mba ;).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin..
      Iya mba molly semoga oada ngikut sehingga banyak yg menerima manfaatnya..

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  7. Setuju. Perlu partisipasi dan keterlibatan banyak orang untuk turut memajukan ekonomi nasional. Menabung juga bisa.

    Nice info mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas. Salah satu caranya dengan meningkatkan partisipasi langsung masyarakat seperti kita...

      Hapus
  8. Sukses mba lombanya..
    Tulisannya bagus, semoga kelak bermanfaat bagi yang bersangkutan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin mba. Saya berharapnya juga begitu, makin banyak yang terberdayakan..

      Hapus
  9. Didesa saya belum ada tukang sayur jadi harus ke pasar.hiks. bantuan btpn bisa sampai ke desa juga ga ya

    BalasHapus
  10. Didesa saya belum ada tukang sayur jadi harus ke pasar.hiks. bantuan btpn bisa sampai ke desa juga ga ya

    BalasHapus
  11. Pedagang keliling emang ramah-ramah ya, dan selalu ngasih solusi, kalau dulu di tempat saya malah pedagang iti bakal nanya besokau dibeliin apa, nah kurang baik apa coba? tapi sayang sekarang harus ke pasar dulu tiap belanja, tidak ada lagi pedagang keliling.

    Ngomongin pedagang kecil juga kadang kasihan lihat semangat mereka tidak sebanding dengan modal yang ada. Moga tulisan ini dapat memberika n solusi ya :)

    BalasHapus