- Agustus 20, 2015
- 0 Comments
Sejumlah kapal layar peserta Sail Morotai yang berlabuh . Tempo/Jhon Seo |
Berkunjung ke Morotai tak akan lengkap sebelum berlabuh di Pulau Dodola. Pulau ini terletak sekitar 5 mil dari Kota Daruba, ibu kota Kabupaten Morotai. Di Dodola, Anda akan dimanjakan dengan pemandangan bawah laut yang eksotis. Gerombolan terumbu karang, dihiasi hilir mudik aneka ikan hias, bisa dinikmati dengan mata telanjang dari permukaan laut.
Selain suguhan pemandangan bawah laut, pulau ini juga akan memanjakan setiap wisatawan dengan pasir putihnya. Ada dua jenis pasir putih di sini. Pasir yang lebih halus ada di bagian pantai yang menghadap Pulau Halmahera. Sedang pantai yang menghadap Pulau Morotai pasirnya sedikit lebih kasar. Tak salah, jika Pemerintah Provinsi Maluku Utara menjadikan pulau ini sebagai tempat persinggahan puluhan yatch yang akan berlabuh di Morotai pada puncak Sail Morotai 2012 pertengahan September.
- Mei 17, 2015
- 0 Comments
Empat pucuk surat singgah di meja kerja Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi dalam tiga bulan terakhir. Pengirimnya adalah empat menteri yang berkepentingan dengan rencana pemerintah meratifikasi Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian Tembakau (FCTC). Menteri-Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, serta Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar yang mengirim surat tersebut.
Surat berkop resmi itu sampai ke tangan Nafsiah tak lama setelah dia mengirim surat ke 18 kementerian terkait dengan rencana ratifikasi FCTC pada 18 Juni lalu. "Keempat surat itu intinya meminta kami mempertimbangkan kembali rencana ratifikasi," kata Nafsiah, Jumat pekan lalu.
Sudi Silalahi, dalam suratnya, meminta setiap kementerian menyatukan suara soal pentingnya ratifikasi sebelum benar-benar meratifikasi konvensi yang kini sudah diteken oleh 177 negara itu. M.S. Hidayat meminta Nafsiah mempertimbangkan nasib industri rokok lokal setelah ratifikasi.
- September 05, 2014
- 0 Comments
- Mei 17, 2013
- 0 Comments
-->
Ini adalah hari pertama. Berikutnya menjadi hari-hari usang. Layu, dan terbuang bersama senja. Dalam hampa dan getir cinta.
Tongkatku berderik. Waktu telah memakan kekuatannya. Tapi aku masih mujur, paling tidak benda yang selalu menemani hari-hariku setahun terakhir itu masih bisa menopang tubuhku yang kian layu.
Krii..k. Sekali lagi ia berderik. Memaksa aku terpaku dan terduduk di bangku dekat jendela. Kuputuskan untuk duduk dan memeriksa tongkat itu. Syukurlah. Hanya ada bagian yang terlepas, tidak sampai patah. Aku tersenyum. Tongkat buatan suamiku itu masih bisa dipakai. Tanpa sadar, mataku berpendar ke seisi ruangan, lalu menumbuk gambar usang yang terpajang di antara pintu-pintu bilik rumah kami.
- Oktober 04, 2009
- 0 Comments