Antara Piala Dunia, Ekonomi dan Pasar Dunia
Juni 23, 2018
Goooolllll....
Gooolllll....
Teriakan penuh semangat menyeruak dari halaman rumah kakak. Suara itu tengah malam, saat anak-anak masih terlelap.
Tak peduli tengah malam, pagi buta, atau siang bolong. Piala Dunia memang selalu menjadi candu. Menyebar magnet ke seantero negeri. Banyak yang larut dalam riuh rendah si kulit bundar.
Tapi tidak. Piala dunia tak hanya menjadi tontotanan sesaat. Event lima tahunan ini berpengaruh besar pada sektor kehidupan lain. Ekonomi dan pasar dunia turut terpengaruh dan mempengaruhi.
Banyak pihak yang memprediksi. Ada yang memenangkan A dan B. Namun tak sedikit pula yang berani bertaruh untuk negara kecil.
Tak mau ketinggalan, tim peneliti dari Bank DBS pun juga mengeluarkan prediksi. Dua negara teratas pilihan mereka untuk Piala Dunia adalah Jerman dan Brasil.
Peringkat teratas dalam sepakbola merupakan wilayah milik negara berpendapatan menengah dan atas. Pada peringkat di bawah 50, maka hubungan antara pendapatan negara dan kinerja sepak bola tak lagi berkaitan.
Banyak yang akan berjaga sampai larut malam di Asia selama satu bulan ke depan, karena para penggemar sepakbola mengorbankan tidur mereka untuk menonton turnamen Piala Dunia Sepak Bola di Rusia. Asia memang tidak memiliki catatan cemerlang dalam ajang berkelas ini, tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat para penggemar.
Pertama, siapa yang akan menang?
Di dalam Group Research, ditemukan bahwa Jerman dan Brasil adalah dua favorit teratas, yang sejalan dengan peluang pasar. Akan tetapi, pada titik inilah penyelarasan dengan pasar berakhir.
Apakah negara-negara yang lebih makmur berprestasi lebih baik dalam sepakbola?
Saar mempertimbangkan PDB per kapita riil dari tim dengan peringkat top-50 menurut FIFA, mereka menemukan bahwa kecuali dua negara (Senegal, peringkat 27, dan Kongo, peringkat 39), peringkat tinggi dalam sepakbola memang wilayah yang dikuasai negara berpendapatan menengah dan atas.
Tetapi ketetapan yang empiris ini hanya berlaku pada top-50. Untuk negara-negara di peringkat 51-100, tim melihat tidak ada hubungan antara pendapatan dan prestasi sepak bola sama sekali.
Bagi kita di Asia, bahkan pada peringkat 1 hingga 100, tidak cukup untuk menemukan sebagian besar negara di benua ini. Memang, negara-negara di Asia Tenggara semua berada di bawah peringkat 100, dan bahkan negara-negara Asia yang paling sukses, seperti Jepang dan Korea Selatan, berada di bawah peringkat 50. Tiongkok, meskipun investasi besar-besaran dalam beberapa dekade terakhir, tetap terperosok pada urutan 75. Bandingkan dengan Islandia yang kecil (populasi: 330 ribu, peringkat: 20) dan Bosnia (3,5 juta, 40).
Tidak hanya negara-negara sepak bola Asia yang peringkatnya buruk, mereka secara umum menjadi lebih buruk selama dua dekade terakhir. Negara-negara dari Eropa Timur dan Asia Tengah telah membuat terobosan signifikan, meninggalkan negara-negara Asia yang jauh lebih makmur dan padat penduduk di belakang. Jelas, sementara Asia bekerja keras untuk belajar, membangun, dan menabung, ada suatu kegembiraan yang hilang di dunia sepakbola.
Di dalam publikasi terlampir, ekonom dan ahli strategi kami melihat pengalaman tim tangguh Korea Selatan dan Jepang, jurang pemisah antara harapan dan kenyataan Tiongkok, dan beberapa pengamatan menarik tentang apa yang berlangsung terhadap nilai tukar, suku bunga, kredit, dan pasar ekuitas selama turnamen. Kami harap Anda menikmati Piala Dunia, dan menemukan kesenangan melalui analisis ‘World Cup Special’ yang kami sajikan.
Ekonomi:
"Mimpi Sepak Bola" Tiongkok yang belum terpenuhi
Korea Selatan dan Jepang, titik terang Asia
Nilai Tukar: Piala Dunia ramah mata uang
Suku Bunga: Negara-negara Eropa hebat dalam sepakbola; buruk dalam utang
Ekuitas: Terlalu banyak menonton dan terlalu sedikit berjual-beli saham
Kredit: Reli pasca Piala Dunia?
0 comments